Pengalaman Membaca Buku: Janji.

Karya Tere Liye.


... kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi ini memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan di sana. Dan orang-orang yang sabar dan bersyukur akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan.

Novel Janji karya Tere Liye dengan 488 halaman ini pertama kali diterbitkan oleh PT. Sabak Grip pada Juli 2021. Kisah di dalam novel ini mengajak kita mengenal tiga sekawan bernama Kahar, Baso, dan Hasan yang mendapat tugas dari Buya sebagai hukuman atas kenakalan mereka di sekolah agama Islam. Tugas itu adalah mencari seseorang bernama Bahar yang telah lama kabur tanpa jejak dari sekolah tersebut. Dari perjalanan mereka bertiga, kita akan mengenal sosok Bahar dan memahami alasan mengapa Buya begitu ingin mencarinya.

Novel ini punya alur maju mundur, tapi tenang aja, gak akan bikin kamu bingung saat membacanya kok. Menurutku, alurnya juga seru dan disajikan dengan cara yang menarik. Aku pribadi menikmati novel ini dengan lahap karena selalu dibuat penasaran sama perjalanan hidup Bahar selanjutnya akan seperti apa. Dari tiap perjalanan hidup Bahar itu, pasti ada nilai tersendiri yang tertinggal buatku.

Lewat novel ini, aku sebagai pembaca belajar banyak hal, salah satunya bahwa kehidupan selalu bisa dilihat dari dua sudut pandang: positif dan negatif. Kalau kita terus-menerus terpaku pada sudut pandang negatif, kita tidak akan bisa menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan untuk menyelesaikan masalah dalam hidup. Ini akan membuat langkah kita berhenti di satu titik saja. Kadang, kita perlu menengok ke sisi positif dari pengalaman yang terasa menyakitkan, supaya kita bisa mengambil makna baru dari kejadian yang tidak mengenakkan itu.

Seperti lirik lagu Banda Neira, "... yang patah tumbuh, yang hilang berganti, yang hancur lebur akan terobati, yang sia-sia akan jadi makna, yang terus berulang suatu saat henti, yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi." Maka, percayalah bahwa semua yang terjadi selalu memiliki maknanya sendiri.

Oh iya, novel ini juga mengingatkanku pada salah satu karya Tere Liye yang pernah kubaca, yaitu Rembulan Tenggelam di Wajahmu, dengan tokoh utama yang juga terus berkelana untuk mencari arti hidup yang sebenarnya. 

Cia,
Yogyakarta, 10 Mei 2025.

Komentar